Walaupun penduduk
Kerajinan kain tenun ikat ini telah terkenal sejak ratusan tahun. Nah, ternyata ada dua kelompok pengrajin. Yang pertama adalah yang menggantungkan seluruh penghasilannya pada pekerjaannya dan yang kedua melakukannya hanya sebagai kerjaan sambilan. Seniman sambilan ini umumnya adalah mereka yang secara sosial masih memiliki fungsi adat seperti kaum bangsawan (maramba). Walaupun merupakan hasil sambilan, tenun jenis ini bermutu tinggi karena sebenarnya tenunan tersebut bukanlah barang dagangan, hanya sebagai koleksi atau digunakan dalam upacara adat.
Beberapa daerah di Sumba Timur yang terkenal dengan kain tenunnya adalah desa Kaliuda, Kecamatan Pahungalodu, desa Rindi dan Watuhadang, kecamatan Rindiumalulu, desa Rambangaru di kecamatan Pandawai, dan Kelurahan Prailulu. Tenunan dari daerah ini bermutu tinggi karena dibuat dengan menggunakan ramuan tradisional dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Selain itu tidak jarang ada tenunan yang menghabiskan bertahun-tahun untuk menyelesaikannya, sehingga tidak heran bila harga jualnya bisa mencapai jutaan rupiah, terutama yang berasal dari Rindi, Kaliuda, dan Kampung Pau.
Misalnya warna merah dihasilkan dari akar mengkudu yang dicampur daun loba. Biasanya proses pencelupan warna dimulai pada musim kemarau. Karena bergantung pada bahan-bahan alami, pilihan warnanyapun terbatas. Warna biru, merah hitam dan kuning, merupakan warna yang biasa digunakan. Proses pewarnaannya relatif rumit dan memerlukan kesabaran. Paling tidak diperlukan empat kali pemrosesan untuk mendapat satu warna yang diinginkan, itupun masih harus diolah lagi dan dijemur satu bulan untuk warna lain. Setelah pewarnaan selesai, ikatan dibuka, benang diuraikan, barulah kemudian ditenun.
Dengan berbagai tahapan tersebut, pembuatannya bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan. Harganyapun bisa mencapai jutaan rupiah, jauh lebih tinggi dari kain tenun yang menggunakan pewarna tekstil biasa.
Motif tenun ikat dari Sumba Timur memiliki ciri yang amat khas dan jauh berbeda dari Sumba Barat. Bila pola motif Sumba Barat bergaris-garis, bunga dan lainnya yang terkesan lebih sederhana, maka tenun ikat Sumba Timur lebih dinamis dengan motif-motif berbentuk naga, singa, burung atau pohon andung. Kain Sumba Timur memang terkenal dengan keaneka ragaman motif ikatnya, sedangkan kain Sumba Barat kebanyakan hanya bermotif salur dengan sedikit variasi ikat, dan warnanyapun gelap.
Sejalan dengan berkembangnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar