Rabu, 03 September 2014

PRAI IJING, Kampung Tradisional Sumba

Sumba, salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur menyimpan banyak keunikan...
Pulau dengan padang sabana yang juga dijuluki pulau Sandelwood ini terkenal dengan kampung adat/ kampung tradisional yang masih terjaga sampai saat ini.
Dan  biasanya di dalam kampung terdapat batuan megalitik berupa dolmen dan menhir yang merupakan kubur batu dan tempat melakukan ritual adat yang sampai saat ini masih digunakan sejak berabad-abad yang lalu.. karena itu di kalangan para antropolog.. pulau Sumba dikenal sebagai situs "the living megalith tradition"..

Dalam liburan lebaran yang lalu, saya sempatkan untuk mengunjungi salah satu kampung tradisional Sumba yaitu Kampung PRAI IJING. Kampung Prai Ijing terletak di Desa Tebara Kecamatan  Kota Waikabubak, hanya 3 km ke arah timur dari pusat ibukota Kabupaten.
Kampung Prai Ijing
Kampung ini terletak di atas sebuah bukit kecil. Dari bagian yang lebih tinggi dari kampung ini kita bisa melihat keseluruhan kampung yang terhampar di bagian bawahnya, amat mempesona tentunya. 
Kampung tradisional yang masih asli dengan pemandangan yang sangat cantik. Rumah-rumah di kampung ini terlihat sangat unik, berupa rumah panggung dan umumnya beratap menjulang tinggi. Rumah terbuat dari bahan alam seperti rumput/alang-alang, bambu dan kayu.
Di kampung ini terdapat 48 rumah dan masing-masing rumah dihuni oleh 1-3 kepala keluarga atau 3 sampai belasan orang di setiap rumahnya. 

Kampung Prai Ijing
Saya sempat ngobrol dengan bapak Tinus Bora Dualu, warga kampung Prai Ijing. Menurut pak Tinus, warga kampung ini sebagian besar masih tetap bertahan dengan kepercayaan lokal mereka yaitu MARAPU, Masyarakat Sumba yang masih menganut kepercayaan Merapu atau “ajaran para leluhur” senantiasa melakukan upacara dan perayaan ritual untuk mengiringi berbagai sendi kehidupan mereka. Kepercayaan ini dilambangkan dengan ritual/perayaan upacara, dan pengorbanan untuk penghormatan kepada Sang Pencipta juga arwah para leluhur mereka. Merapu dalam bahasa Sumba berarti “Yang dipertuan atau dimuliakan” terutama untuk menyebut arwah-arwah para leluhur mereka. Dan karena roh para leluhur diyakini menjalani kehidupan baru di tempat yang dekat dengan “Sang Pencipta”, maka roh-roh inilah yang menjadi perantara mereka.  Walaupun sering memuja dan memohon kepada Marapu (arwah leluhur)  tetapi hal itu sama sekali tidak menyebabkan pengingkaran terhadap adanya Sang Maha Pencipta. Tujuan utama dari upacara pemujaan bukan semata-mata kepada arwah para leluhur saja, tetapi kepada  “La Mawolo La Marawi” (Pencipta dan Pembuat Manusia), Tuhan Yang Maha Esa.
Namun demikian, ada beberapa warga kampung yang sudah menganut salah satu Agama tetapi dalam keseharian masih turut berkontribusi dalam kegiatan ritual adat mereka. 
Umumnya warga di kampung ini bermata pencaharian sebagai petani. Beberapa warga kampung  juga sudah ada yang bersekolah tinggi dan tinggal di luar pulau dan juga bekerja sebagai PNS ataupun swasta dan profesi lainnya. Tetapi umumnya mereka yang sudah menganut agama dan bekerja sebagai PNS/swasta akan tinggal di luar kampung.

Kampung Prai Ijing
Warga kampung umumnya bertani menanam padi di sawah, jagung, dan menanam umbi-umbian. Mereka juga memelihara ternak kuda, kerbau, babi, dan ayam. Aktifitas sehari-hari kaum wanita Prai Ijing adalah mengasuh anak, mengurus pekerjaan rumah tangga seperti menumbuk padi dan memasak serta menenun kain. 
Membersihkan padi yang baru ditumbuk menjadi beras untuk dimasak
Menenun kain, salah satu aktifitas wanita Prai Ijing
Bagi teman2 yang ingin berkunjung ke kampung Prai Ijing disarankan pagi hari saat warga kampung masih belum banyak yang ke kebun  atau sore hari saat warga kampung sudah kembali ke kampung. Atau jika punya waktu banyak sempatkan untuk menginap di kampung ini sehingga dapat menyaksikan dan menyelami aktifitas keseharian warga kampung Prai Ijing. 
Untuk menuju ke tempat ini, tidaklah sulit.....jika  starting point dr Bali, ada penerbangan setiap hari dari Denpasar ke Tambolaka, lalu dengan jalan darat menggunakan angkutan umum (Rp 20,000) atau mobil travel (Rp 50.000) atau menggunakan ojek sepeda motor dengan tarif “nego”.. menuju ke Waikabubak, ibukota Kabupaten Sumba Barat dengan kondisi jalan bagus (aspal/hotmix). Kampung ini terletak di bagian timur, di pinggir kota Waikabubak. 

Ok, Selamat berkunjung ke Kampung Prai Ijing......

Rabu, 18 Juni 2014

Gua dan air terjun WAIKELO SAWAH

Pulau Sumba di Provinsi NTT layak untuk menjadi  salah satu destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi..
Sumba menyimpan begitu banyak tempat unik dan eksotis...
Salah satunya adalah objek wisata WAIKELO SAWAH.
Gua Waikelo Sawah  merupakan sumber keluarnya air tawar dari sungai bawah tanah. Airnya mengalir ke kolam kecil di mulut gua, kemudian mengalir membentuk air terjun dan dibendung untuk keperluan irigasi serta pembangkit listrik. Gua tersebut dihiasi stalagtit yang indah. Pada bagian dalam gua di bagian atasnya  terdapat lubang yang terhubung ke luar bukit sehingga matahari dapat memasuki gua dan memberikan pantulan cahaya indah dalam gua.


Gua Waikelo Sawah...dengan pemandangan yang indah
Sekitar lokasi Waikelo Sawah memiliki udara yang sejuk dan pemandangan alam dan persawahan yang indah. Obyek wisata ini dikelilingi dengan hutan di sekitar gua. 
Anda dapat melakukan kegiatan mandi dan berenang di lokasi ini. 

Waikelo Sawah merupakan tempat reksreasi yang cukup menyenangkan..
kita bisa mandi di air pegunungan yang  bersih, sejuk dna segar..

Airnya terus mengalir baik di musim hujan maupun musim kemarau walaupun di saat musim kemarau debitnya agak berkurang namun tetap mampu mengairi sawah ribuan hektar di bawahnya..

Air dr Gua Waikelo Sawah dimanfaatkan untuk irigasi, mangairi ribuan hektar sawah

Waikelo Sawah terletak sekitar  33 Km dari Tambolaka Ibu kota Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT; dengan kondisi jalan beraspal dan terpelihara. 

Untuk menjangkau tempat ini, bila starting point anda dari Denpasar, penerbangan langsung ke bandara Tambolaka dan dari Tambolaka dapat menggunakan angkutan umum berupa Mini Bus, Ojek sepeda motor, atau menggunakan travel langsung dari kota Tambolaka.

So.. sampe ketemu di Waikelo Sawah...